Senin, 30 September 2013

REVIEW - 2 GUNS

Aksi dan Buddy cop movie adlah sebuah satu kesatuan yang sering digunakan oleh perfilman hollywood. Tapi sayangnya, Hollywood dan Buddy cop movie masih tak seirama dan bahkan bermusuhan. Masih jarang Buddy Cop movie yang di bilang berhasil. Kali ini, Baltasar Komakur mencoba untuk menggarap 2 Guns yang juga memiliki tema Buddy cop
 

Robert ‘Bobby’ Trench (Denzel Washinton) dan Michael ‘Stig’ Stigman (Mark Wahlberg) adalah para kriminal yang mencoba untuk mencuri bank. Mereka mencuri bank karena tertangkan oleh Papi Greco (Edward James Olmos) karena akan menembus perbatasan Meksiko. Tetapi, mereka berdua sebenarnya bukan seorang kriminal.

Robert adalah seorang agen DEA dan Michael adalah Seorang Angkatan Laut. Mereka disuruh oleh atasan mereka untuk menangkap Papi Greco. Tapi, atasan-atasan mereka malah melakukan kecurangan. Robert dan Michael pun bekerjasama untuk keluar dari belenggu atasannya dan juga Papi Greco. 

Good premise gone very wild. 
Buddy cop, tema ini mungkin masih jarang mempunyai eksekusi yang bagus. Tahun lalu, 21 Jump Street serta End of Watch mampu memberikan cerita yang mumpuni meskipun dengan genre yang berbeda. 2 Guns, di angkat dari sebuah novel grafis dengan judul yang sama. Digarap oleh Baltasar Komakur yang juga pernah menggarap sebuah drama aksi berjudul Contraband. Dan sekali lagi, dia bekerjasama dengan Mark Wahlberg dengan tambahan bintang lain yaitu Denzel Washington.

2 Guns memiliki premis cerita yang menarik. Premis cerita mengenai para agen-agen dari pihak berwajib yang mencoba menjadi sesosok kriminal. Hanya saja bagian eksekusinya yang menurut saya kurang benar hingga akhirnya film ini malah jatuh menjadi film dengan cerita berantakan. Ketika premis film yang harusnya bisa simple, malah 2 Guns berlari menjadi film yang terlalu liar dan tak mempedulikan apapun. Penuh dentuman, ledakan, dan pukulan.

Komakur terlihat kebingungan saat mengarahkan film ini. Banyak cerita yang hit and miss di filmnya. Adegan opening film ini cukup interesting. Memberikan sneak peek adegan yang harusnya ada ditengah film. Komakur mampu memberikan rasa penasaran bagi penontonnya untuk mencari tahu apa maksud dari adegan pembuka film ini. Tapi sayangnya, rasa penasaran yang dibangun oleh sang sutradara tak mampu diselesaikan dengan baik. Inilah bagian miss nya. Serasa anti-klimaks, adegan pembuka tadi hanyalah pembangun saja, dijelaskan dengan apa adanya dan tak berasa apapun saat menyaksikannya. 


Alih-alih ingin membuat penontonnya penasaran, toh malah membuat saya sebagai penonton kecewa. Alih-alih ingin adanya sebuah cerita buddy cop yang berbeda toh malah jatuhnya tak terkontrol dan berjalan terlalu liar. Cerita-ceritanya mungkin diusung tak terlalu berat harusnya. Tapi, sang sutradara ingin membuatnya lebih terkesan bermutu. Akhirnya, beberapa ceritanya malah harus miss. Efek soft-twist nya pun tak memberikan sesuatu yang lebih untuk film ini.

Beberapa ceritanya mungkin seperti di percepat sebagian. Terlihat berbagai ceritanya yang membuat saya kebingungan saat menonton film ini. Tak tertangani dengan baik. Terlihat bermain terlalu asik hingga akhirnya beberapa point cerita tersampaikan dengan miss. Banyak sekali, cerita krusial malah diceritakan apa adanya tanpa adanya tensi cerita yang dijaga di film ini. Bisa dibilang kurang garam atau sedikit hambar dalam penyampaiannya. Tapi, beberapa ceritanya juga masih ada yang setidaknya menghibur dalam penyampaiannya.

 
A good chemistry between Washington and Wahlberg
Beberapa selipan jokes-nya mungkin bisa membangun suasana film ini yang cukup berantakan. Setidaknya membuat saya tertawa saat menyaksikan film ini. One-hit-line yang cukup pintar dan konyol. Serta beberapa adegan aksi yang banyak. Hal inilah yang dinantikan oleh penonton. Banyaknya adegan aksi yang akan menghibur mainstream people. Hal instan inilah yang juga menjadi faktor jualan utama dari film garapan Baltasar Komakur ini.

Serta beberapa elemen penguat lainnya di film ini. Chemistry. Yap! Bagaimana Wahlberg dan juga Washington mampu membuat film ini tertuju padanya. Karena, tak ada hal lain yang diperlukan oleh sebuah buddy cop movie selain chemistry dari dua pionir di filmnya. R.I.P.D contohnya yang masih gagal dalam menghasilkan chemistry untuk Buddy Cop. Maka, Wahlberg dan Washington mampu menjalin chemistry apik yang akan membuat film ini terlihat berisi.

Mereka mampu menjadi sesosok Dynamic Duo yang mampu bermain apik di layar. Mereka mampu mencuri semua spotlight. Mengesampingkan beberapa karakter tambahan yanga juga penting untuk jalannya cerita di film ini. Mereka mampu tampil gila-gilaan dan tak mempedulikan apapun dan siapapun. Jika mereka sudah bermain di layar, no one can stop them. 


Lalu, poin plus lain yang juga bisa dimanfaatkan di film ini adalah final act yang juga mampu memberikan efek seru dan mengasyikkan. Berbagai penyelesaian akhir yang menurut saya nyeleneh dan sengaja di hajar habis di film ini. Dengan berbagai adegan aksi dan uang bertaburan dimana-mana yang menurut saya itu lumayang menghibur meskipun penyelesaiannya berantakan. 

Overall, 2 Guns adalah sebuah Buddy Cop movie yang berjalan terlalu liar dan tidak terkontrol. Banyak sekali cerita-cerita krusial yang jatuhnya malah tak tertangani dengan baik. Untungnya, penampilan Mark Wahlberg dan juga Denzel Washington yang mampu tampil memukau dengan chemsitry yang sangat bagus serta final act yang seru mampu memberikan poin plus di film ini.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar